Latihan Uji Kompetensi Halaman 152 Soal dan Jawaban Terkait Download Kunci Jawaban Seluruh Buku SMA Paket, Modul, dan LKS Rakyat Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi karena genangan air Sungai Temberan. Coba telaah secara kritis ancaman Belanda pada hal yang membendung Sungai Temberan itu Belanda. Bagaimana penilaian kamu tentang sikap Belanda yang demikian. Sikap ini merupakan sikap kolonialisme dan imperialisme yang akan terus berlangsung termasuk sampai sekarang. Berikan contoh! jawaban perlakuaan belanda tidaklah patut ditiru karena sewena-wena menyalahkan rakyat padahal belanda sendiri yang membangun bendungank, seperti yang terjadi pada dunia saat ini. Kerusakan alam yang di timbulkan oleh manusia sendiri malah menyalahkan pemerintahan , bencana banjirpun juga di sebabkan masyarakat tetapi menyalahkan pemerintahan. Rumuskan latar belakang terjadinya perlawanan Pattimura di Saparua? jawaban Perlawanan Patimura di Saparua terjadi karena Tindakan sewenang-wenang Pihak Kolonial Belanda yang menyengsarakan rakyat seperti kerja paksa, penyerahan paksa ikan asing, kopi dan rempah-rempah. Pihak Belanda tidak menghargai jasa rakyat Maluku dalam membuat kapal. Muncul desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan, dan para pemuda dijadikan tentara di luar Maluku. Kesengsaraan masyarakat maluku akibat penjajahan Kolonial Belanda Perang Padri fase kedua sebenarnya merupakan salah satu strategi perang Belanda semacam “gencatan senjata” atau “peredaan”. Mengapa demikian, apa tujuan yang ingin diraih Belanda? Jelaskan! jawaban Tujuannya adalah, agar pemerintah kolonial Belanda kesulitan melawan pasukan kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol dan pada saat itu pemerintah kolonial Belanda sedang menghadapi perang besar di Jawa yaitu Perang Diponegoro dari Kesultanan Mataram. Hal ini menyebabkan Belanda perlu memusatkan kekuatan perangnya di Jawa untuk memenangkan Perang Diponegoro. Jelaskan apa yang dimaksud dengan strategi winning the heart ? jawaban Adalah strategi Van de Bosch untuk memenangkan hati kaum padri. Strategi tersebut berupa penghapusan pajak di pasar, kemudian para juragan digaji oleh Belanda dan para pegawai juga dibayar oleh Belanda. Belanda berjanji kepada kaum padri bahwa tidak akan perang lagi antara kaum padri dengan VOC. Pangeran Diponegoro memimpin perang dengan berlandaskan pada nilai-nilai kesyukuran dan keimanan. Jelaskan! jawaban Pangeran diponegoro memimpin perang dengan tetap bertumpu pada landasan nilai-nilai kesyukuran dan keimanan adalah karena ia tidak menginginkan timbulnya pertumpahan darah yang merugikan banyak masyarakat. Oleh karena keinginan menghindari kerugian dan pertumpahan darah dari semua pihak inilah maka ketika memimpin perang melawan Belanda dia mengungsikan pengikutnya ke Bukit Selarong. Apa yang dimaksud dengan Benteng Stelsel, bagaimana pelaksanaannya? jawaban Benteng stelsel adalah staretegi perang Belanda yg diterapkan untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Untuk pelaksanaanya Setip kawasan yang telah berhasil dikuasai oleh Belanda, akan dibangun benteng pertahanan atau kubu pertahanan, kemudian dari masing-masing kubu tersebut dibangunlah insfratuktur penghubung seperti jalan ataupun jembatan. Apa yang dimaksud Hukum Tawan Karang? Mengapa Belanda menentang Hukum tersebut? jawaban Adalah hak istimewa yang dimiliki raja-raja Bali untuk merampas dan mengambil kapan-kapal yang terdampar di territori mereka. Jelas Belanda tidak setuju, karena Tawan karang dapat merugikan Belanda apabila ada kapal belanda yang terdampar di bali, akan dirampas orang bali. Coba jelaskan secara singkat latar belakang dan sebab-sebab terjadinya Perang Banjar! jawaban Penyebabnya adalah Rakyat Banjar tidak suka dan tidak setuju dengan merajalelanya dalam menguasai perkebunan dan pertambangan yang ada di Kalimantan Selatan. Terlalu ikut campurnya pihak Belanda terhadap urusan kesultanan. Belanda ingin menguasai daerah Kalimantan Selatan karena di daerah tersebut ditemukan pertambangan batubara. Belanda telah merencanakan menghapus jabatan sultan di kerajaan Banjar. Belanda tidak menyetujui pangeran Hidayatullah menjadi sultan Banjar. Setelah mencopot jabatan sultan dari Tamjidullah, Belanda kemudian membubarkan kerajaan Banjar. Rakyat Aceh memiliki semboyan dan doktrin “syahid atau menang” Coba jelaskan makna semboyan itu bagi perjuangan rakyat Aceh dalam melawan Belanda! jawaban Maknanya adalah rakyat aceh tidak boleh putus asa karena hanya ada 2 pilihan menang atau syahid mati dalam pertempuran yang tujuan dari semboyan ini adalah memotivasi rakyat aceh agar selalu menang melawan belanda. Mengapa Sisingamangaraja XII menentang Kristenisasi yang dilakukan Belanda? jawaban Karena si Singamaraja khawatir jika agama kristen akan menghilangkan tatanan tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun temurun.
Bisadengan mendorong pihak asuransi membayar ganti rugi kapal yang terbakar atau dengan memberikan pinjaman kredit untuk pembelian kapal baru. Intinya pemerintah tetap harus membantu nelayan yang notabene merupakan masyarakat miskin," ujar Darori di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/7).
“Perang Tondano yang terjadi pada 1808-1809 adalah perang yang melibatkan orang Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad XIX. Perang pada permulaan abad XIX ini terjadi akibat dari implementasi politik pemerintah kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa, terutama upaya mobilisasi pemuda untuk dilatih menjadi tentara “ Tauik Abdullah dan Lapian, 2012375 a. Perang Tondano I Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun Perang Tonando dikenal dalam dua tahap. Perang Tonando I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa Barat orang-orang Spanyol sudah sampai di tanah Minahasa Tondano Sulawesi Utara. Orang-orang Spanyol di samping berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh yang berjasa dalam penyebaran agama Kristen di tanah Minahasa adalah Fransiscus Xaverius. Hubungan dagang orang Minahasa dan Spanyol terus berkembang. Tetapi mulai abad XVII hubungan dagang antara keduanya mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Gubernur Terante Simon Cos mendapatkan kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol. Simon Cos kemudian menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawasi pantai timur Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga Makasar yang bebas berdagang mulai tersingkir karena ulah VOC. Apalagi waktu itu Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Indonesia untuk menuju Filipina » kamu ingat peristiwa apa yang menyebabkan Spanyol harus pergi dari Indonesia dan menuju ke Filipina ? VOC berusaha memaksakan kehendak agar orang-orang Minahasa menjual berasnya kepada VOC. Oleh karena VOC sangat membutuhkan beras untuk melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi Utara. Orang-orang Minahasa menentang usaha monopoli tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC kecuali memerangi orang-orang Minahasa. Untuk melemahkan orang- diunduh dari orang Minahasa, VOC membendung Sungai Temberan. Akibatnya aliran sungai meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang Minahasa. Orang-orang Minahasa kemudian memindahkan tempat tinggalnya di Danau Tondano dengan rumah-rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang berpusat di Danau Tondano. Simon Cos kemudian memberikan ultimatum yang isinya antara lain 1 Orang-orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC, 2 orang-orang Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi karena genangan air Sungai Temberan. Ternyata rakyat Tondano bergeming dengan ultimatum VOC tersebut. Simon Cos sangat kesal karena ultimatumnya tidak berhasil. Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke Manado. Setelah itu rakyat Tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk, tidak ada yang membeli. Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati VOC untuk membeli hasil-hasil pertaniannya. Dengan demikian terbukalah tanah Minahasa oleh VOC. Berakhirlah Perang Tondano I. Orang- orang Minahasa itu kemudian memindahkan perkampungannya di Danau Tondano ke perkampungan baru di daratan yang diberi nama Minawanua ibu negeri. » Coba perhatikan dan renungkan isi ultimatum VOC yang kedua. Orang-orang Tondano disuruh membayar ganti rugi kerusakan tanaman padi akibat tergenang luapan air Sungai Temberan. Sungguh licik VOC karena yang menyebabkan kerusakan tetapi kerugiannya disuruh menanggung rakyat Tondano. Ingat! kelicikan Belanda ini akan terus berlangsung selama Belanda menjajah Indonesia. b. Perang Tondano II Perang Tondano II sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels. Daendels yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah besar. Untuk menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi. Mereka yang dipilih adalah dari suku-suku yang memiliki keberanian berperang. Beberapa suku yang dianggap memiliki keberanian adalah orang- orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas perintah Daendels melalui Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung. diunduh dari Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah setingkat distrik. Dari Minahasa ditarget untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah orang yang akan dikirim ke Jawa. Ternyata orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program Daendels untuk merekrut pemuda- pemuda Minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di antara para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktivitas perjuangannya di Tondano, Minawanua. Salah seorang pemimpin perlawanan itu adalah Ukung Lonto. Ia menegaskan rakyat Minahasa harus melawan kolonial Belanda sebagai bentuk penolakan terhadap program pengiriman pemuda Minahasa ke Jawa serta menolak kebijakan kolonial yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara cuma-cuma kepada Belanda. Dalam suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lain bagi Gubernur Prediger kecuali mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang- orang Minahasa di Tondano, Minawanua. Belanda kembali menerapkan strategi dengan membendung Sungai Temberan. Prediger juga membentuk dua pasukan tangguh. Pasukan yang satu dipersiapkan menyerang dari Danau Tondano dan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat. Tanggal 23 Oktober 1808 pertempuran mulai berkobar. Pasukan Belanda yang berpusat di Danau Tondano berhasil melakukan serangan dan merusak pagar bambu berduri yang membatasi danau dengan perkampungan Minawanua, sehingga menerobos pertahanan orang-orang Minahasa di Minawanua. Walaupun sudah malam para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan perlawanan dari rumah ke rumah. Pasukan Belanda merasa kewalahan. Setelah pagi hari tanggal 24 Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat membombardir kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus dilakukan Belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi kehidupan. Pasukan Prediger mulai mengendorkan serangannya. Tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang Tondano muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga beberapa korban berjatuhan dari pihak Belanda. Pasukan Belanda terpaksa ditarik mundur. Seiring dengan itu Sungai Temberan yang dibendung mulai meluap sehingga mempersulit pasukan Belanda sendiri. Dari jarak jauh Belanda terus menghujani meriam ke Kampung Minawanua, tetapi tentu tidak efektif. Begitu juga serangan yang dari danau tidak mampu mematahkan semangat juang orang-orang Tondano, Minawanua. Bahkan terpetik berita kapal Belanda yang paling besar tenggelam di danau. diunduh dari Perang Tondano II berlangsung cukup lama, bahkan sampai agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan makanan mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada Belanda. Namun dengan kekuatan yang ada para pejuang Tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati dari pada menyerah. » Sungguh luar biasa perlawanan rakyat Minahasa, yang telah mati-matian mempertahankan kedaulatannya. Coba pelajaran apa yang dapat kamu peroleh setelah belajar tentang sejarah Perang Tondano tersebut.
TEMPOCO, Bandarlampung - Kepolisian Daerah (Polda) Lampung mendirikan posko untuk orang hilang akibat tsunami yang menerjang kawasan pesisir Lampung. "Kami telah mendirikan posko orang hilang di Kalianda, Lampung Selatan," kata Kabid Humas Polda Lampung, Komisaris Besar Sulistyaningsih, saat dihubungi, di Bandarlampung, Kamis, 27 Desember 2018.
BerandaSejarah Indonesia 11Perang Tondano Perang Melawan Penjajahan Belanda Perang Tondano Sejarah Indonesia “Perang Tondano yang terjadi pada 1808-1809 adalah perang yang melibatkan orang Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad XIX. Perang pada permulaan abad XIX ini terjadi akibat dari implementasi politik pemerintah kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa, terutama upaya mobilisasi pemuda untuk dilatih menjadi tentara “ Taufk Abdullah dan Lapian, 2012375 a. Perang Tondano I 1808 Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun Perang Tondano terjadi dalam dua tahap. Perang Tondano I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa Barat, orang-orang Spanyol sudah sampai di tanah Minahasa Tondano Sulawesi Utara. Orang-orang Spanyol selain berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh yang berjasa dalam penyebaran agama Kristen di tanah Minahasa adalah Fransiscus Xaverius. Hubungan dagang orang Minahasa dan Spanyol terus berkembang. Tetapi mulai abad XVII hubungan dagang antara keduanya mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan, Gubernur Terante Simon Cos mendapatkan kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol. Simon Cos kemudian menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawasi pantai timur Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga Makassar yang bebas berdagang mulai tersingkir karena ulah VOC. Apalagi waktu itu Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Indonesia untuk menuju Filipina. VOC berusaha memaksakan kehendak agar orang-orang Minahasa menjual berasnya kepada VOC. Hal ini karena VOC sangat membutuhkan beras untuk melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi Utara. Orangorang Minahasa menentang usaha monopoli tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC kecuali memerangi orang-orang Minahasa. Untuk melemahkan orang- orang Minahasa, VOC membendung Sungai Temberan. Akibatnya aliran sungai meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang Minahasa. Orang-orang Minahasa kemudian memindahkan tempat tinggalnya di Danau Tondano dengan rumah-rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang berpusat di Danau Tondano. Simon Cos kemudian memberikan ultimatum yang isinya antara lain 1 Orang-orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC, 2 orang-orang Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi karena genangan air Sungai Temberan. Ternyata rakyat Tondano bergeming dengan ultimatum VOC tersebut. Simon Cos sangat kesal karena ultimatumnya tidak diperhatikan. Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke Manado. Setelah itu rakyat Tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk, tetapi tidak ada yang membeli. Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati VOC agar membeli hasilhasil pertaniannya. Dengan demikian, terbukalah tanah Minahasa oleh VOC. Berakhirlah Perang Tondano I. Orang-orang Minahasa kemudian memindahkan perkampungannya di Danau Tondano ke perkampungan baru di daratan yang diberi nama Minawanua ibu negeri. b. Perang Tondano II 1809 Perang Tondano II sebenarnya sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels yang mendapat mandat untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Daendels memerlukan pasukan dalam jumlah besar. Untuk menambah jumlah pasukan, maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi. Mereka yang dipilih adalah dari sukusuku yang memiliki keberanian berperang. Beberapa suku yang dianggap memiliki keberanian adalah orang-orang Madura, Dayak, dan Minahasa. Atas perintah Daendels melalui Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung. Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah setingkat distrik. Belanda menargetkan 2000 pasukan Minahasa yang akan dikirim ke Jawa. Ternyata orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program Daendels untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di antara para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktivitas perjuangannya di Tondano, Minawanua. Salah seorang pemimpin perlawanan itu adalah Ukung Lonto. Ia menegaskan rakyat Minahasa harus melawan kolonial Belanda sebagai bentuk penolakan terhadap program pengiriman pemuda Minahasa ke Jawa serta menolak kebijakan kolonial yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara cuma-cuma kepada Belanda. Dalam suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lain bagi Residen Prediger kecuali mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orangorang Minahasa di Tondano Minawanua. Belanda kembali menerapkan strategi dengan membendung Sungai Temberan. Prediger juga membentuk dua pasukan tangguh. Satu pasukan dipersiapkan untuk menyerang dari Danau Tondano, sedangkan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat. Tanggal 23 Oktober 1808 pertempuran mulai berkobar. Pasukan Belanda yang berpusat di Danau Tondano berhasil melakukan serangan dan merusak pagar bambu berduri yang membatasi danau dengan perkampungan Minawanua sehingga menerobos pertahanan orang-orang Minahasa di Minawanua. Walaupun sudah malam para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan perlawanan dari rumah ke rumah. Pasukan Belanda merasa kewalahan. Setelah pagi hari tanggal 24 Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat membombardir kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus dilakukan Belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi kehidupan. Pasukan Prediger mulai mengendorkan serangannya. Tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang Tondano muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga beberapa korban berjatuhan dari pihak Belanda. Pasukan Belanda terpaksa ditarik mundur. Seiring dengan itu Sungai Temberan yang dibendung mulai meluap sehingga mempersulit pasukan Belanda sendiri. Dari jarak jauh Belanda terus menghujani meriam ke Kampung Minawanua, tetapi tentu tidak efektif. Begitu juga serangan yang dari danau tidak mampu mematahkan semangat juang orang-orang Tondano, Minawanua. Bahkan terdengar berita kapal Belanda yang paling besar tenggelam di danau. Perang Tondano II berlangsung cukup lama, bahkan sampai Agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan makanan, mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada Belanda. Namun dengan kekuatan yang ada para pejuang Tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha m e m p e r t a h a n k a n n y a . P a r a pejuang itu memilih mati dari pada menyerah kepada penjajah.
2uoZLyW. nf943wkwxm.pages.dev/277nf943wkwxm.pages.dev/40nf943wkwxm.pages.dev/99nf943wkwxm.pages.dev/211nf943wkwxm.pages.dev/195nf943wkwxm.pages.dev/64nf943wkwxm.pages.dev/342nf943wkwxm.pages.dev/155nf943wkwxm.pages.dev/66
rakyat tondano harus membayar ganti rugi